Kisah
perjuangan Fathimah adalah kisah penderitaan.
Ia membuka matanya yang pertama ketika keluarga Nabi saw digoncang oleh berbagai musibat. Ia juga menutup matanya pada waktu keluarga Fathimah dihujani musibat, yang seperti terungkap dalam puisinya,
“Sekiranya musibat itu menimpa siang, siang akan berubah menjadi malam gelita.
Ke manakah ia mengadukan segala deritanya?
Di manakah ia mendapatkan kedamaian di tengah prahara di zamannya?
Di manakah ia melabuhkan hatinya yang hancur?”
Dari
ayahnya ia belajar bahwa ia hanya menemukan ketentraman dalam ibadah,
dalam zikir dan doa. Ketika tangan Fathimah melepuh karena memutar
penggilingan gandum, ia datang menemui ayahnya. Rasulullah saw baru saja
menerima banyak tawanan perang. Ia ingin meminta salah seorang di
antaranya untuk membantunya bekerja di rumah.
Ia tidak berhasil
menemuinya. “Ketika Nabi saw datang,“ kata Ali yang mengisahkan kejadian
itu kepada kita, “Aisyah menceritakan kepadanya tentang kedatangan
Fathimah. Beliau mengunjungi kami ketika kami bersiap untuk tidur.
Aku bangkit untuk menyambutnya tetapi beliau berkata: Tetaplah kalian di tempat kalian.
Aku bangkit untuk menyambutnya tetapi beliau berkata: Tetaplah kalian di tempat kalian.