9. MENJAGA DIRI (RI'AYAH)

Barang siapa menjaga hatinya dari ketidakpedulian, melindungi dirinya dari nafsu, menjaga akalnya dari kebodohan, akan dikumpulkan bersama golongan orang yang waspada. 

Dan orang yang melindungi pengetahuanya dari khayalan, keyakinannya dari bid'ah, dan hartanya dari hal-hal yang dilarang, akan berada bersama orang-orang yang berbudi lurus. Rasulullah Saw. bersabda, "Merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mencari ilmu," yaitu pengetahuan tentang diri. 

Oleh sebab itu, penting bagi seseorang untuk selalu mengungkapkan rasa syukurnya atau mengakui kelemahannya karena kurang bersyukur. Jika ini dapat diterima oleh Tuhan, maka akan menjadi kebaikan baginya, dan jika tidak maka akan merupakan keadilan baginya. 

Bagi setiap orang adalah penting untuk berusaha agar berhasil dalam amalan-amalan kepatuhannya, dan agar terlindung dalam usahanya untuk menahan diri dari melakukan hal-hal yang berbahaya. Dasar dari semua itu adalah pengakuan akan kebutuhan dan kebergantungan yang menyeluruh terhadap Allah, yaitu kewaspadaan dan kepatuhan. 

Kunci untuk itu adalah dengan menyerahkan segala persoalanmu kepada Allah, memupus harapan dengan selalu mengingat kematian, dan menyadari bahwa kamu berdiri di hadapan Yang Mahakuasa. Hal itu akan membuatmu terbebas dari kekangan, terselamatkan dari ancaman musuh, dan menemukan kedamaian diri. Sarana untuk mencapai ketulusan dalam kepatuhan adalah keselarasan, dan akar dari semua itu adalah sikap diri yang menganggap hidup itu hanya sementara, seakan-akan besok kita akan mati. 

Rasulullah Saw. bersabda, "Dunia ini hanya berlangsung selama satu jam saja, maka gunakanlah waktu itu untuk mematuhi perintah Tuhanmu." Pintu untuk memasuki semua itu adalah sikap selalu menarik diri dari dunia dengan terus menerus merenung. 

Sarana untuk menarik diri dari dunia ini adalah dengan berpuas diri, dan meninggalkan masalah-masalah eksistensial yang tidak menyangkut dirimu. Sarana untuk merenung adalah dengan meniadakan diri (tidak mempunyai nafsu), dan untuk menunjang peniadaan diri itu adalah dengan berpantang. 

Agar sempurna dalam berpantang diperlukan tindakan pencegahan dan pintu menuju pencegahan adalah rasa takut. Bukti rasa takut adalah sikap memuliakan Allah, kesetiaan untuk mematuhi perintah-perintahNya dengan ikhlas, selalu takut dan waspada, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang Allah; dan penuntun untuk itu adalah ilmu. 

Allah yang Mahakuasa berfirman: Hanya orang-orang yang berilmu sajalah di antara para hambaNya yang benar-benar takut kepada Allah (QS Fathir[35:28).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar